Beberapa hari yang lalu, saya sekeluarga naik kereta api Harina dari Stasiun Bandung dengan tujuan Stasiun Semarang Tawang, setelah liburan di
Rute Bandung-Semarang memang tidak seramai Jakarta-Semarang. Sebagian besar penumpang rute ini adalah warga
Hanya ada satu jenis KA Bandung-Semarang yaitu Harina kelas eksekutif, berangkat dari Bandung 20.15 WIB dan berangkat dari Semarang 20.30 WIB. Meskipun eksekutif dan BBM sudah naik, harga tiket relatif promo dan murah, Rp 120.000,- , dibandingkan kereta eksekutif Jakarta-Semarang yang Rp 180.000,- dan hanya sedikit di atas harga kereta bisnis Jakarta-Semarang yang Rp 100.000,-.
Sekitar tahun 1998 saya pernah menggunakan kereta bisnis Bandung-Semarang, saat itu bernama Mahesa, dengan harga Rp 35.000,-. Berangkat dari Bandung 07.00 WIB dan berangkat dari
Dibandingkan dengan Mahesa, Harina tidak jauh berbeda dari sisi jumlah penumpang. Meskipun hanya empat gerbong, beberapa kursi terlihat kosong dan banyak penumpang yang mendapat dua kursi sehingga bisa tidur dalam posisi tidur, bukan duduk. Karena eksekutif, Harina lebih nyaman dengan AC, recleaning seat, dan dipinjamkan selimut dan bantal. Sayangnya tidak diberikan makan malam atau snack. Waktu perjalanan seharusnya sekitar 7 jam (berdasarkan jadual keberangkatan dan kedatangan di tiket), meskipun kenyataannya 7,5 jam. Pada saat menggunakan Mahesa waktu perjalanan sekitar 9 jam.
Perbedaan waktu tempuh karena pada Mahesa jalur yang digunakan adalah jalur selatan, dari
Pada saat naik Harina beberapa hari yang lalu, setelah KA sampai di Cikampek ternyata lokomotif tetap harus pindah posisi karena dari arah bandung tidak ada jalur rel belok kanan ke arah timur (Cirebon) dan hanya ada belok kiri ke arah barat (Jakarta). Rangkaian kereta menunggu lokomotif pindah posisi. Dibandingkan di Kroya, pindah posisi di Cikampek lebih cepat karena jalurnya lebih cepat dan mungkin juga karena eksekutif jadi lebih cepat.
Seingat saya dulu, pada saat lokomotif pindah posisi, awak kabin kereta akan memberitahu penumpang untuk mengganti konfigurasi kursi agar tidak membelakangi arah gerak kereta. Saya menunggu awak kereta agar dapat merubah konfigurasi bersama-sama penumpang lainnya. Merubah konfigurasi sendiri nggak mungkin karena akan membentur penumpang di belakang dan didepan kursi kami. Setelah sekitar 15 menit, lokomotif sudah pindah posisi dan tersambung di belakang gerbong terakhir, awak kereta belum muncul juga, saya lihat sebagian besar penumpang sudah tidur termasuk anak saya.
Tidak lama kemudian terdengar priiit, dan kereta jalan, pertama-tama pelan, dan selanjutnya ngebut. Blaik, kereta ini jalan mundur dong. Setelah agak lama barulah awak kereta muncul. Ketika saya tanya kenapa tidak diberitahukan untuk memutar kursi, hanya dijawab :”Kasian, ngganggu yang sudah tidur”. Apes deh, saya
Memang sih karena malam dan gelap diluar, apalagi bagi penumpang yang sudah tidur nyenyak, efek mundur tidak terlalu terasa, tapi tetap saja ada yang nggak enak. Kayaknya tiap malam kereta Harina memaksa penumpangnya mundur. Terpaksa deh cari kursi lain yang kosong sehingga bisa tiduran dan tidak merasakan efek jalan mundur. Untungnya dapat satu kursi kosong sehingga bisa tidur nyenyak meskipun tetap tidak dapat memutar kursi.
Sampai di Pekalongan kereta berhenti dan beberapa penumpang turun di Stasiun ini. Saat itulah banyak penumpang yang bangun dan baru sadar tambah kaget karena baru tahu keretanya mundur. Tetapi mungkin karena mengantuk dan tidak ada yang berinisiatif memutar kursi, ya akhirnya tetap saja mundur. Jadi, lebih dari
Memang harusnya ada komando dari petugas KA untuk memutar kursi. Baru saja sy naik Harina dari Semarang ke Surabaya juga mundur, tp saya inisiatip minta kursi diputar meski harus berhadapan dg penumpang yg lain. Saya lihat penumpang kita terlalu malas untuk memutar kursi meskipun harus berjalan mundur 4 jam lebih. Monggo pihak KAI bikin protap untuk ini
Bahasa nya kok jadi kacau begini?
Comment Form under post in blogger/blogspot