Monday, May 5, 2008

Terminal Kampung rambutan yang buruk

Tanggal 3 bulan Mei ini saya berkesempatan ke Subang menghadiri pernikahan saudara. Meskipun saya sering melewati kabupaten Subang, tapi saya belum pernah ke pusat kota Subang, jadi ini saatnya untuk wisata kota ke Subang.
Perjalanan dimulai dari Depok ke terminal Kampung Rambutan. Perjalanan angkot 112 Depok-Kampung Rambutan lancar. Saya sudah lama tidak naik angkot ini sampai terminal jadi kurang tahu tarifnya. Ternyata Rp 2500,- per orang (dari daerah UI). Turun dari angkot saya dan istri bermaksud langsung ke tempat bus antar kota berada.
Ternyata turun dari angkot banyak calo yang mengerubung dan bertanya kami mau kemana. Berdasarkan pengalaman saya di berbagai terminal, jika kita sebutkan tujuan kita akan digiring (bahkan saya pernah didorong cukup keras di Pulo Gadung) oleh mereka dan banyak tidak enak atau terjadi hal yang tidak diinginkan. Beberapa tahun yang lalu saya sering ke Kampung Rambutan untuk naik bus ke Bandung (sebelum tol Cipularang diresmikan) dan saya cukup jalan cepat sambil menolak tawaran atau pertanyaan mereka karena saya sudah tahu tempat bus parkir dan mereka tidak mengganggu lagi. Ternyata saat ini Kampung Rambutan sudah berubah, cara saya tidak berhasil, salah satu calo memaksa saya menjawab pertanyaannya, dan ketika saya menunjuk arah bus antar kota parkir, ia malah marah dan mengumpat, dan keluarlah seluruh isi kebun binatang. Saya tidak ambil pusing dan langsung masuk ke area bus antar kota, membayar Rp 500,- (berdua) untuk retribusi (sebenarnya tertulis Rp 200,- per orang, tapi jangankan kembalian Rp 100,- , karcis retribusi saja kita tidak diberi) dan langsung duduk di peron.
Di sini banyak lagi calo yang bertanya kami mau kemana. Saya menggeleng sambil bilang tidak, karena saya memang pingin duduk dulu, lihat situasi dan observasi. Sialnya, ada satu calo yang ngotot nanya. Dijawab makasih, tidak, dan geleng kepala tidak menyerah, malah mbandingin sama Presiden yang katanya mau jawab kalau ditanya lah, sombonglah, jawab nggak bayar lah, dan lain-lain. Waktu saya jawab dengan pertanyaan “Nggak boleh saya duduk ke terminal dan nggak jawab pertanyaan ?”, makin ngaco saja dia ngomongnya. Terakhirnya dia jawab “Saya karyawan bukan calo”.
Nah, lho.?. Siapa yang menuduh dia calo ? Berarti dia memang calo. Dia memang nggak pake seragam, nggak bawa karcis, dan nggak di dekat bus atau agen tiket. Jadi bener juga saya bilang “tidak” tadi. Kesel banget sih, kok ya ada saja gangguan menyebalkan, tapi kayaknya kalau tadi saya bilang mau ke Subang, bisa jadi hasil akhirnya lebih menjengkelkan. Akhirnya dia menyerah dan meninggalkan kami.
Sekitar 10 menit kami duduk sambil minum untuk meredakan rasa jengkel sambil mencari-cari bus jurusan Subang ada di mana. Seingat saya dulu bus ke daerah di Jawa Barat berjajar mulai dari Bandung, Garut, Tasik dan daerah lain. Kali ini saya tidak melihat bus Subang, hanya ada bus Bandung, Garut, Tasik, Banjar, dan malah Merak. Ada calo lain datang dan kembali bertanya “Mau kemana Pak ?”.
Saya lihat tampangnya, cukup ramah dan sopan, saya jawab “Kalau mau ke Subang dimana ?”.
“Bus Subang di belakang Pak” jawabnya sambil pergi dengan sopan.
“Terima kasih” jawab saya sambil berpikir, kalau yang ini malah mungkin bener-bener karyawan karena tidak memaksa dan segera pergi.
Saya observasi sebentar, ternyata tempat parkir bus untuk jurusan Subang, Kalijati, Sadang, Cikampek, dan Purwakarta ada sendiri. Tempatnya lebih kecil dan tidak ada tempat menunggu. Setelah menunggu lima menit bus AC jurusan Sadang-Kalijati-Subang datang dan kami langsung naik. Ternyata terminal bus Kampung Rambutan sudah banyak berubah. Lebih kacau. Calo ada dimana-mana dan memaksa seperti Pulo Gadung. Penumpang terlihat lebih sepi, mungkin banyak yang beralih ke alat transportasi lain setelah tol Cipularang digunakan. Pantas saja banyak penumpang yang naik dari luar terminal. Padahal pada tahun 2002 saya pernah beberapa kali menginap di terminal Kampung Rambutan karena datang kepagian dari Bandung (jam 1-2 dini hari). Waktu itu rasanya aman dan teratur. Kalau sekarang kayaknya untuk naik bus dari dalam terminal nggak dulu ah. Pulang dari Subang pun saya pilih bus Subang-Lebak Bulus dan turun di Pasar Rebo.

Unknown said...

thanks atas tulisannya mengenai subang & terminal kp eambutan pak,.. kbtln sy jg sedang carikota kecil yg
bs dikunjung dgn mggunakan bis